Oleh: Taufik Arbain
Semua paham kalau puasa itu menahan haus,lapar dan perilaku yang membatalkan puasa. Terutama diperhatikan bagi mereka yang berpuasa adalah tidak minum dan tidak makan. Soal ini mengingatkan saya dan teman saya ketika melintas siring kota, rupanya dalam momentum Ramadhan ini taman siring kota di hadapan Masjid Sabilal Muhtadin turut berpuasa.
Pasalnya sangat kontras, pepohonan dan tanaman di sana layu, kering kekuning-kuningan. Tidak lagi berwujud hidup segan mati tak mau, tapi setahun sudah hidup setelah itu mati. Saya heran dengan dinas yang bertanggung jawab terhadap keindahan dan kebersihan taman siring kota ini. Dimana komitmen menjadikan kota ini menjadi Green and Clean. Sebab apa yang terjadi antara visi dan konsep paradoks dengan kenyataan di lapangan.
Saya pikir kalau faktanya seperti ini, jauh sekali dinas yang bertanggung jawab menganggap taman kota memiliki fungsi ekologis yaitu sebagai penjaga kualitas lingkungan kota. Bahwa tumbuhan yang hidup di taman kota mampu meredam kebisingan, menyerap kelebihan CO2 sehingga udara kota tetap terjaga kesejukannya, menangkap debu dan berbagai zat penyebab polusi lainnya sehingga udara kota menjadi segar, sehat dan nyaman. Atau tempat berbagai aktivitas sosial penduduk kota, seperti rekreasi, santai memandangi sungai Martapura maupun olahraga.
Realitas ini semakin menunjukkan kalau apa yang dikerjakan oleh Dinas yang memiliki otoritas soal ini bekerja asal-asalan dan tidak mengedepankan komitmen dan kecerdasan. Fakta Banjarmasin sudah dikategorikan menjadi kota terkotor, tidaklah pula ingul-ingul untuk semakin memperbaiki dan berbenah diri.
Taman siring nampaknya hanya dianggap sebagai onggokan batu yang berjejer di tepian sungai. Padahal tujuan dibuatnya taman kota setidaknya menjadikan kota indah dan nyaman bagi warga kota. Bukankah dasar pemikiran dari taman kota adalah sebagai lahan publik untuk kenyaman publik. Memberikan pelayanan dan kenyamanan ini adalah fungsi dari Pemerintah Kota.
Saya benar-benar heran, apakah dana minim dalam mengurusi taman dan keindahan kota atau memang tidak mampu, atau ada yang dirajuakan? Merajuk kata orang Malaysia.
Kalau maraju karena belum diserahkan oleh Pemprov Kalsel kepada Pemko Banjarmasin, apakah taman siring yang jelas-jelas andaknya di kota harus dibiarkan terlantar dan tak terurus? Kalau soal legal formal kepemilikan dikedepankan dengan kasus seperti ini, artinya jauh sekali Pemerintah kota melakukan reformasi birokrasi. Padahal adanya proyek yang dilakukan tanpa pembiayaan dan berada di wilayah administrative, tanpa mengganggu koridor landskap yang ada, mengapa itu tidak dipahami sebagai investasi? Kata teman saya, begini saja meraju, maka Pemko akan dijuluki Pemko Parajuan.
keberadaan taman siring di tengah kota sangat jelas sebagai investasi dan keuntungan bagi pemko. Dalam perspektif linkage tata ruang kota ianya bagian komprehensif yang berhubungan dengan tata ruang perkotaan (urban fabric). Lalu apakah taman siring ini harus digulung ke tempat lain? Atau diampar-urak ke Handil Bakti Batola, atau ke Km 8 Kabupaten Banjar? Kaya bongkahan pasir dan batu saja.
Pemko Banjarmasin nampaknya semakin menunjukkan dirinya menjadi tertawaan warga kota, ketika membiarkan taman siring tak terurus hanya karena perajuan dan belum diserah-terimakan. Akibatnya kotor tak terurus yang mendorong pengunjung semakin semena-mena membuang sampah sembarangan, merusak bahkan menyuntani bola lampu yang ada.
Padahal petugas sangat memungkinkan membantu menyiram tanaman atau Satpol PP yang melakukan kontrol setiap hari sesuai dengan fungsinya. Teman saya kembali membahas soal Green and Clean yang menjadi visi kota ini. Bagaimana bisa green kalau rerumputan di jalur median dan pinggiran jalan disemprot dengan pemati rumput hingga berwarna kuning. Bagaimana bisa clean kalau sampah masih dibiarkan berserakan yang mendorong warga semakin membuang sampah sembarangan.
Jadi kota Banjarmasin diganti saja visinya menjadi Yellow and dirty, seperti rerumputan di jalur Kayu Tangi. Pak Wali yang terhormat, Sekali lagi, Mimpi menjadikan kota ini Green and Clean .**(idabul 8 Oktober 2008)
No comments:
Post a Comment