Sunday, November 16, 2008

Pesan kagama


Oleh: Taufik Arbain

Saya sangat terkesima dengan pikiran-pikiran Ketua Umum PP Kagama Bapak DR. Ir. Djoko Kirmanto, Dipl, HE pada saat sambutan acara Pelantikan dan Silaturahmi Pengurus Daerah Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada Kalimantan Selatan periode 2008-2012 yang diketua oleh H. Gusti Farid Hasan Aman, SE, Akt, MBA.

Kata beliau, setiap alumni UGM jadilah ujung tombak yang baik dan selalu memberikan manfaat dan bekerjasama dengan orang lain dalam mengembangkan nilai-nilai positif dimana pun berada. Kehadiran Kagama bukanlah untuk membangun primordial dan menjadikannya sesuatu yang eksklusif, tetapi organisasi Kagama sebagai ranah solidaritas untuk mengingatkan kembali nilai-nilai perjuangan dan pembelaan terhadap kepentingan masyarakat umum sebagaimana nilai-nilai luhur yang diemban UGM sebagai kampus rakyat.
Pertemuan dan silaturahmi yang berorientasi pada sharing pikiran dan pengingatan jati diri sebagai individu yang pernah digodok di kampus untuk mengedepankan kepentingan umum adalah penting dan terus dipompa dimana perjalanan yang dihadapi bangsa ini semakin kompleks oleh ragam kepentingan yang saling kompetitif dan individualis.
Kampus dan organisasi alumni adalah sarana efektif untuk membangun pengingatan-pengingatan tersebut kepada alumninya yang tersebar di mana-mana, bahwa hidup ini tidak sekadar menjadi pengumpul duit, tetapi hidup ini harus membawa manfaat kepada sesama dan berpihak pada kepentingan rakyat.
Itulah sebabnya, mengapa sampai saat ini UGM menerapkan strategi penerimaan mahasiswa dengan mengembangkan paradigma yang berorientasi pada aspek geografis dan etnic-demographyc untuk menjaga keseimbangan, kesinambungan interaksi antar anak bangsa. Kagama merupakan instrumen pengikat untuk menstransformasikan pengingatan-pengingatan nilai-nilai luhur tersebut.
Ada lagi yang lebih menarik, pandangan dari Bapak Taufik Effendi. Kebetulan nama beliau hampir sama dengan nama saya, cuma bedanya beliau MenPAN RI. Paling tidak pikiran Dewan Pertimbangan Organisasi PP Kagama ini memberikan inspirasi bagi anak-anak banua yang sempat mengecap pendidikan di UGM.
Pesan-pesan beliau mencoba mengkonstruksi nilai-nilai peradaban bangsa dalam satu sisi, dan peradaban banua di sisi lain. Bahwa kelemahan dan kehancuran bangsa ini jika dirujuk dari sejarah fenomena tumbuh dan berkembangnya kerajaan di nusantara bukan karena serangan musuh. Tetapi karena sesama bangsa sendiri atau sesama kerabat kerajaan saling mengumpat, saling menjatuhkan dan menindas.
Sedangkan kerajaan Inggris atau Belanda yang selama ini menjajah bangsa dan kerajaan di nusantara masih bertahan hingga saat ini. Atau Jepang yang terbatas sumber daya alam tetapi mampu membangun peradaban maju karena konsisten dengan nilai-nilai luhur yang menjaga kestabilan bangsa dan resisten terhadap masalah yang dihadapi. Jadi apa kurangnya bangsa ini?
Ada kata-kata bijak yang menjadi falsafah penduduk dan pemimpin negara-negara yang memiliki peradaban maju tersebut, bahwa ”salah membajak sawah hanya rusak padi semusim, tetapi salah mengelola negara maka rusak generasi masa depan”. Ini memberikan pandangan bahwa nilai-nilai positif mesti menjadi spirit dalam diri setiap insan dan anak bangsa bagaimana konsisten dalam menjalankan fungsi dan tugas untuk melayani sesama.
Kata Menteri yang orang Banua ini, bahwa selama ini sering didapati orang yang berperilaku sedih melihat orang lain senang atau sasak dada sehingga mendorong untuk mencari kesalahan-kesalahan. Anak bangsa hari ini belum optimal dalam menggunakan 5 kecerdasan yakni indera, intuisi, feeling, insting dan pikiran.
Paling tidak 5 kecerdasan ini mampu menghapuskan nilai-nilai negatif yang selama dianggap menjadi legitimasi dalam berperilaku dalam masyarakat semisal, ”kada kawa maigut, maludahi barang” atau ”kalau saya kalah maka harus hancur semua” dan lain sebagainya dari istilah-istilah dengan bentuk perilaku yang hampir sama ada di beberapa etnis bangsa ini. Untuk itu, anak-anak bangsa saat ini mesti memiliki; kemampuan ekstraktif, kemampuan atraktif, kemampuan simbolik dan kemampuan responsif.
Saya pun termangu-mangu mendengarkannya setelah dilantik menjadi pengurus Kagama. Pandangan kedua orang besar ini mengingatkan saya pada pikiran Kishore Mahbubani yang memprovokasi Can Asians Think?.Mahbubani mengingatkan bahwa bangsa-bangsa di timur seperti Mesir dan Khilafah Islam pernah mengalami kejayaan dan keemasan, sedangkan Barat dalam kegelapan. Namun hingga saat ini mampu mencapai derajat kesuksesan. Di Asia kecuali Jepang yang mampu mencapai derajat kesuksesan dalam kemajuan peradaban. Mengutif pikiran Fukuyama bangsa ini perlu memiki spiritual happenis! Saya pun terpikir, kapan saya bisa beretorika dan mampu berbagi pikiran cerdas seperti orang-orang ini? Padahal salah satunya sudah mirip namanya dengan saya. ***(idabul 17 November 2008)

2 comments:

anang said...

semoga para pengurus kagama bisa mendata semua alumni yang tersebar di kalsel.

FISPRA HST said...

tulisan pian menginspirasi kami membuat perkumpulan alumni dan membuat yahoogroup kagama banua anam, bila ada kesempatan bisa kunjungi di :
http://groups.yahoo.com/group/kagama_banuaanam/