Oleh: Taufik Arbain
Kemaren saya membaca salah satu media cetak lokal yang memberitakan tentang pernyataan pentolan PAN daerah ini berkaitan dengan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur yang akan digodok PAN untuk dikompetesikan pada 2010 nanti. Hal ini mengingatkan saya pada pemberitaan beberapa hari sebelumnya, ketika pentolan PKS melontarkan adanya jurus sakti soal Cagub dan Cawagub pada 2010 nanti. PAN rupanya tidak mau kalah.
Namun sayangnya, pernyataan pentolan PAN tersebut tidak terukur. Sebab sekitar sebulan lalu menggadang-gadang Ketua DPW PAN untuk diusung Cagub 2010 berdasarkan hasil survey yang menempati posisi teratas dibandingkan calon gubernur lainnya. Kemudian agak kontradiktif dengan pernyataan 2 hari lalu yang seakan tidak mengedepankan kewibawaan lembaga partai.
Bayangkan dengan bersemangat pernyataan dari pentolan PAN menyatakan bahwa hasil survey Litbang PAN H Yudi Wahyuni menempati posisi teratas elektabilitasnya menjadi Cagub 2010. Selanjutnya nama-nama lain yang diprediksikan akan maju seperti Zairullah Azhar posisi ke-4, dan Rudy Arrifiin serta Rosehan posisi terendah yakni 5 dan 6 dari survey tersebut.
Nah, sedangkan pemberitaan kemarin buru-buru pentolan PAN yang lain mengungkapkan nama-nama yang sebenarnya dalam hasil survey PAN sebulan yang lalu adalah nama yang tidak diperhitungkan elektabilitasnya, kok mempersiapkan 3 pasang calon lain yang jelas elektabilitasnya rendah dibandingkan H Yudi Wahyuni.
Ada banyak pertanyaan yang bisa diajukan; pertama, apa benar survey kemarin itu demikian hasilnya sehingga tidak memberikan keyakinan pada pengurus dan pentolan PAN untuk tetap menggadang-gadang kadernya, kemudian menggodok calon lain padahal proses pilkada masing panjang? Kedua, mengapa Litbang PAN melakukan survey sebulan yang lalu beraninya menampilkan hasil Cagub yang waktunya masih lama. Seyognya, menampilkan hasil survey popularitas, aksebilitas dan elektabilitas parpol menjelang Pemilu 9 April 2009.
Ketiga, mengapa litbang PAN sebagaimana layaknya kaidah dalam survey tidak menyebutkan berapa sampel yang diambil, variable/indikator yang dipakai dan teknik pengambilannya, bahkan angka persentasenya kecuali nomor urutnya? Ini penting untuk memberikan keyakinan kalau pernyataan yang disampaikan meyakinkan, bukan main-main dalam mempublikasikan survey.
Keempat, semua ucapan pentolan PAN yang memberikan pernyataan politik berkaitan dengan Cagub dan Wagub apa benar berdasarkan survey? Karena, alur berpikirnya tidak linear dengan pernyataan sebelumnya. Lalu terkesan menimbulkan pertanyaan apakah memang didasarkan survey atau bukan?
Sebulan lalu tentu saja Ketua DPW PAN barangkali himung dengan hasil survey tim partainya menempatkan dirinya posisi teratas elektabilitasnya dan pesaing berat incumbent Rudy Ariffin di posisi ke-5. Namun, kasihan tiba-tiba pentolan mau melirik dan mempersiapkan tiga pasang Cagub-Wagub lain? Dimanakah menempatkan etika dan kepatutan dalam berpolitik khususnya di internal partai serta konsistensi dari hasil survey?
Atas fakta ini, tentu saja PAN telah memainkan taktik yang tidak menguntungkan dalam pandangan kelompok-kelompok pemilih kritis atas pernyataan-pernyataan politiknya. Ketidaksabaran atas pancingan dari partai lain soal cagub mengebiri hasil survey yang baru saja mereka publikasikan. Sekalipun politik itu dinamis, tetapi tidak selonggar itu dalam perspektif politik lokal soal cagub.
Seyogyanya, kalau memang hasil survey menempatkan Yudi Wahyuni urutan teratas dan meyakinkan, kenapa tidak diikuti dengan strategi untuk terus mengambil langkah proses pemenangan sembari menunggu hasil pemilu. Rosehan NB dengan pendekatan Gebyar Maulid, H Sulaiman HB dengan HLC09-nya dan Rudy Ariffin ragam safari kegiatannya kepada publik adalah bentuk proses pemenangan yang cerdas dan strategis saat ini.
Sebagai contoh PPP tanpa mengumbar hasil survey dengan tegas, mengedepankan kadernya untuk maju, buru-buru mengusung calon lain, apalagi jelas rangkingnya terendah dari kadernya sendiri.
Jadi PAN harus menyadari bahwa publik sudah cerdas untuk memilah pernyataan-pernyataan yang seakan-akan wah, tetapi kosong dan tak bermakna. Lebih-lebih kasus itu senyata seakan tidak “menganggap “ bahwa Yudi Wahyuni bukan kader yang pas dan tepat untuk dikompetesikan, padahal “belanda” (pilkada, pen) masih jauh.
Dari fakta-fakta yang mengelikan itu, tentu saja pentolan dan kader PAN harus mampu mengukur dan memilah setiap penyataan politik menjelang pemilu, bukan sekadar gagah-gagahan. Sebagaimana banyak teman berdiskusi dengan saya, syukur-syukur hasil survey pentolan PAN tidak menyebutkan soal CaWalikota, Ca-Bupati se-Kalsel posisi teratas semua kader PAN sekalian. Kalau sampai terekspose, ditambah dengan keinginan mempersiapkan tiga pasang dari kader partai lain? Sempurnalah semuanya.**(idabul 2 maret 2009)
No comments:
Post a Comment