Tuesday, February 9, 2010

Rebonding Budaya Urbanis

PERAWATAN rambut lewat cara rebonding atau meluruskan rambut dalam beberapa tahun terakhir kian menjadi tren. Bukan hanya kawula remaja saja, ibu-ibu pun ada yang ikut-ikutan meluruskan rambut agar kelihatan lebih muda lagi.


Pengamat sosial kemasyarakatan, Taufik Arbain SSos MSi, mengungkapkan rebonding yang lagi tren sekarang ini, merupakan budaya urbanis dan prilaku masyarakat modern atau ke kota-kotaan.

Menurut dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Poltik (FISIP) Unlam ini, wanita yang menggunakan rebonding agar kelihatan enjoy dan menyenangkan hatinya.

"Atau istilah sosiologinya imition atau umpat-umpatan. Mereka cenderung ikut-ikutan dengan tren yang terjadi saat itu," paparnya.

Untuk menjadi urbanis atau komunitas ke kota-kotaan seperti meluruskan rambut, lanjut dia, mereka tidak mengenal istilah haram atau tidak haram.

"Mereka tidak perduli, yang penting bisa mengikuti tren dan mengalahkan rambu-rambu sosial, agama maupun adat-istiadat," tegasnya.

Dijelaskan dia, tren meluruskan rambut atau mencat rambut dengan warna merah terjadi sekitar tahun 1990-an. Namun, di masa itu rambut dengan cat merah identik dengan pekerja sek komersial (PSK). Tak heran, masyarakat umum masih enggan mencat atau meluruskan rambutnya.

Namun di era tahun 2000-an, kata Arbain, kaum hawa semakin ramai menggunakannya. "Sekarang dianggap bukan tabu lagi. Meluruskan atau mencat rambut malah dianggap trend atau model," tegasnya. (Serambu Umma, B.Post Group, 27 Januari 2009)

No comments: