Sunday, March 28, 2010

Menanti Obama

Oleh: taufik arbain
Kamis malam saya diundang oleh Duta TV untuk sebuah acara diskusi interaktif dengan pentolan HTI Kalsel. Kawan dari HTI dengan tegas menolak kedatangan Obama Presiden AS dan haram hukumnya baik bagi yang datang atau menerima. Karena menurut mereka AS memiliki kepentingan untuk melakukan eksploitasi dan penjajahan ekonomi kepada Indonesia dan Negara-negara Islam hingga menjadikan Indonesia sebagai Negara “yes man!”

Di samping itu tidak pantasnya AS diberi tempat dan diposisikan sebagai tamu karena Negara mereka telah melakukan tindakan-tindakan kekejaman pada rakyat Irak, Afganistan maupun Palestina dan kepada Negara-negara Asia atau Negara mayoritas Islam selalu dijadikan sebagai pasar oleh Amerika Serikat. Setidaknya point-point penting ini yang menjadi alasan kuat mengapa mereka menolak kedatangan Obama dengan melakukan unjukrasa sebagai bentuk edukasi terhadap masyarakat muslim Indonesia.
Soal pandangan kedatangan Obama ke Indonesia saya berbeda dengan kawan dari HTI ini, tanpa menafikan fakta-fakta yang mereka uraikan tersebut. Ada 2 hal penting menurut saya yang menjadi pijakan mengapa saya termasuk orang yang pro terhadap kedatangan Obama. Pertama, statement politik Obama terhadap dunia Islam dan kepentingan perdamaian dunia jauh lebih baik dibandingkan dengan pemerintahan Bush dari Partai Republik yang memiliki citra suka berperang, karena politisi Republik yang dominan kelompok kapitalis memiliki kepentingan besar terhadap Negara-negara yang bisa diperangi dan dijadikan objek perang dengan atas alasan apapun.
Saya rasa kunjungannya ke Negara-negara Islam sebagai sebuah niat baik dan langkah proses yang perlu mendapatkan apresiasi dari banyak kalangan termasuk Negara-negara yang memiliki niatan sama untuk perdamaian, sekalipun tidak begitu gampang merealisasikannya karena di dalam negeri saja Obama mendapat hantaman dari oposisi Partai Republik. Semisal dia mengkritik perang Timur Tengah, maka hanya Presiden Obama yang tidak sekadar mengkritik Palestina tetapi juga mengkritik Israel. Sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh Presiden sebelumnya.
Fakta ini pula menurut saya harus menjadi pertimbangan dan pemilahan untuk tidak mengenalisir dari upaya-upaya Obama sebagai simbol pemimpin dunia yang tentu saja setiap langkahnya memiliki pengaruh besar dibandingkan pemimpin Arab selama ini dalam soal perdamaian dunia. Justru adanya apresiasi besar akan membawa pengaruh dalam kebijakan luar negeri dan dalam negeri AS sendiri khususnya para politisi di Kongres AS dalam mengambil keputusan. Inilah yang menurut saya harus dibaca perkembangan politik dunia, tanpa harus selalu negative thinking kepada sebuah bangsa. Bukankah nilai-nilai perdamaian sebagai sebuah maksud baik yang dianut universal seluruh bangsa?
Kedua, Indonesia sebagai Negara mayoritas muslim, tentu saja harus mampu menjadi citra sebagai sebuah bangsa yang beradab sebagaimana agama mengajarkan menghormati tamu. Tidak bisa Negara “karas sabukuan’, sebab Indonesia merupakan bagian dari dunia yang harus berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dan memiliki nilai strategis dalam upaya perdamaian antara Barat dan dunia Islam. Keinginan Obama untuk datang harus diapresiasi karena Indonesia representasi untuk mampu menyuarakan aspirasi dan pesan-pesan dari umat Islam dunia. Jadi dialog adalah alat dunia modern dalam menyelesaikan masalah.
Kalau sikap Indonesia “karas sabukuan”, tentu persoalan konflik Barat dan dunia Islam akan terus berlangsung dan kecurigaan pun semakin memuncak, termasuk inspirasi permusuhan dan terorisme akan semakin berkembang. Justru sebaliknya, kedatangan Obama ke Indonesia lewat dialog bisa dilakukan tekanan-tekanan dan membangun bargaining power untuk segera mencari jalan keluar dalam menyelesaikan urusan dunia Islam termasuk soal-soal dunia lainnya.
Dalam konteks ini pula Indonesia harus mampu melakukan “No man!” jika ada upaya-upaya yang mengarah pada bentuk hegemonik atas kepentingan Indonesia dan point –point yang sifatnya menindas kita serta perdamaian dunia. Ini merupakan ujian kecerdasan sebuah bangsa, termasuk umat Islam sebagai penduduk mayoritas Indonesia. Jadi bagaimanapun sebagaimana prinsip-prinsip keberadaban yang dianut suatu bangsa dan Islam, sebagai seorang tamu Obama tetap harus dihormati kedatangannya. Saya katakan dalam kata kunci malam itu, ini sebagai bukti Islam itu Rahmatan Lil Alamin, sehingga pihak lain akan terus memahami Islam yang soft dan damai. Cara ini juga termasuk menjaga keagungan Islam!!! (Idabul 22 Maret 2010)

No comments: